“Tuhan berpihak pada pasukan pemilik artileri terbaik.” – Napoleon
Kutipan di atas menggambarkan betapa reputasi kesenjataan artileri sangat vital dan mematikan dalam pertempuran. Dalam Perang Dunia I, Perang Dunia II, bahkan perang yang lebih kuno, Perang Napoleon, artileri terus bertahan menjadi persenjataan yang paling efektif dan mematikan. Kekuatan artileri yang mumpuni membuka masuknya elemen infanteri menuju area lawan, mempersingkat jalannya peperangan dan menghancurkan sisi pertahanan dengan cara yang efektif pula.
Para pemimpin, mulai dari pemimpin di masa-masa yang lalu hingga masa modern, mengetahui dengan baik arti penting dari kehadiran artileri. Sejarah membuktikan bagaimana Sultan Mehmed II atau Al-Fatih berhasil merebut Konstantinopel (sekarang Istanmbul) ibukota kerajaan Bizantium dengan menggunakan artileri raksasa menjebol dinding Konstantinopel yang sangat kuat. Di Perang Dunia II, Jerman pernah membuat artileri raksasa yang dinamai Gustav dan Dora untuk menjebol benteng pertahanan Perancis. Tidak berlebihan kiranya jika kemudian Stalin menyebut artileri sebagai God of War.
Di Indonesia sendiri, artileri telah menjadi elemen penting pertempuran sejak masa Majapahit. Adalah Mahapatih Gajah Mada sosok yang dianggap sebagai perancang sistem artileri kapal perang yang kemudian dikenal sebagai Cetbang, meriam api. Berbekal senjata ini, armada laut Majapahit menekuk saingan-saingannya dan berhasil menyatukan Nusantara.
Konsep artileri kapal perang, seperti yang digunakan kerajaan Majapahit, kini masih dilestarikan oleh Angkatan Laut Republik Indonesia. Di berbagai kapal perang, TNI AL memasang persenjataan artileri yang akan menjadi andalan terdepan dalam mempertahankan kedaulatan wilayah maritim Kepulauan Nusantara. Inilah buku yang mengupas berbagai hal tentang artileri kapal perang milik TNI AL.
Informasi Buku
- Judul : The King of Battle Artillery TNI Angkatan Laut
- Penulis : Haryo Adjie Nogo Seno
- Penerbit : Matapadi Pressindo
- Hal : xii+146
- Harga : Rp35.000
No comments:
Post a Comment